Tahun Baru Hijrah 1434 H adalah tanggal 1 Muharam 1434 H, yang tahun ini bertepatan dengan 15 November 2012. Walaupun lebih dari 80 persen penduduk Indonesia yang berjumlah lebih 230 juta jiwa adalah Muslim, tapi hanya sebagian kecil yang tahu persis kapan tahun baru Islam , bahkan mereka sebagian besar tak hafal nama-nama bulan Hijriah tersebut.
Mengapa umat Islam di Indonesia banyak yang lupa atau tidak tahun tanggal, bulan dan tahun Hijriah?. Tidak lain karena Indonesia bukanlah Negara Islam, walaupun penduduknya mayoritas Muslim. Indonesia menggunakan Tahun Masehi, sehingga tanggal gajian seorang pegawai negeri sipil (PNS) misalnya adalah pada setiap tanggal 1 Masehi atau tanggal 25 bagi karyawan Swasta. Jadi yang didingat hanya tanggal dan bulan Masehi. Begitu juga, hari libur akhir pekan pada sabtu dan Minggu.
Di Negara-negara Islam
seperti Arab Saudi, yang dipakai sebagai penanggalan resmi adalah Tahun
Hijriah, sehingga tanggal gajian juga disesuaikan dengan tanggal
tersebut. Begitu juga hari libur, bukan Sabtu dan Minggu, tapi hari
Jum’at dan (mungkin) Sabtu. (Tolong teman-teman Kompasianer yang tinggal di Arab untuk mengoreksinya bila salah).
Padahal bagi seorang Muslim
sangat penting mengetahui tanggal dan bulan Hijriah, karena berhubungan
dengan pelaksanaan ibadah. Ibadah-ibadah tersebut antara lain puasa
atau saum yang dilaksanakan satu bulan penuh (29 atau 30 hari) pada
bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal, Wukuf di Arafah saat
Ibadah Haji tanggal 9 Zulhijah, Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban
pada tanggal 10 Zulhijah, dan Hari Tasyrik tanggal 11, 12 dan 13
Zulhijah serta Tahun Baru Hijriah 1 Muharam.
Pada bulan Ramadhan umat Islam yang sudah baligh (dewasa) wajib berpuasa, dan haram hukum nya bila tidak puasa, termasuk dosa besar. Seorang Muslim boleh tidak berpuasa bila ada uzur atau halangan, misalnya sakit berat, sedang musafir, atau wanita yang sedang mengandung atau menyusui, tapi harus bayar fidiyah (pengganti), baik berpuasa di bulan lain atau dibayar dengan memberi makan orang miskin. Sebaliknya umat Islam dilarang (haram hukumnya) berpuasa pada hari-hari Raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha dan hari-hari Tasrik atau tanggal 10-13 Zulhijah. Jadi sangat jelas penting bagi seorang Muslim/ Muslimah mengetahui persis tahun Hijriah.
Pada bulan Ramadhan umat Islam yang sudah baligh (dewasa) wajib berpuasa, dan haram hukum nya bila tidak puasa, termasuk dosa besar. Seorang Muslim boleh tidak berpuasa bila ada uzur atau halangan, misalnya sakit berat, sedang musafir, atau wanita yang sedang mengandung atau menyusui, tapi harus bayar fidiyah (pengganti), baik berpuasa di bulan lain atau dibayar dengan memberi makan orang miskin. Sebaliknya umat Islam dilarang (haram hukumnya) berpuasa pada hari-hari Raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha dan hari-hari Tasrik atau tanggal 10-13 Zulhijah. Jadi sangat jelas penting bagi seorang Muslim/ Muslimah mengetahui persis tahun Hijriah.
Penentuan tanggal 1 pada bulan Hijriah ditandai dengan terbitnya hilal atau tampak bulan sabit pada saat terbenamnya matahari dengan derajat ketinggian tertentu. Itulah sebabnya sering tanggal 1 Ramadhan saat dimulai bulan puasa, terdapat perbedaan antara satu Negara dengan Negara lainnya, bahkan dalam satu Negara seperti Indonesia, terkadang terdapat perbedaan tanggal 1 Ramadhan, yang berakibat berbeda juga saat lebaran. Ini bisa terjadi karena begitu demokratisnya Indonesia, karena Negara tidak dapat mencampuri urusan keyakinan.
Berbeda dengan Malaysia
misalnya, penentuan hari-hari Islam ditentukan oleh Mukti (seperti MUI),
dimana Pemerintah dan semua rakyat Malaysia tunduk danmematuhinya,
sehingga tidak ada perbedaan hari Raya di seluruh Malaysia.
Sekedar mengingatkan bagi yang lupa, bahwa nama nama bulan Hijriah adalah Muharam,
Safar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab,
Sa’ban, Ramadhan, Syawal, Zulakedah, dan Zulhijah.
- Peristiwa Hijrah dan Perkembangan Islam
Sekedar mengingatkan, bahwa
Tahun Hijriah atau Tahun Baru Islam, bukan dimulai dari tahun lahirnya
Nabi Muhammad SAW, tapi tahun saat beliau hijrah (pindah) atau mengungsi
dari Kota Mekah ke Madinah, karena mau dibunuh oleh orang-orang kafir
Quraish saat itu.
Berbicara tentang
perkembangan Islam, tentu tidak bisa lepas dari peristiwa hijrah
Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Dakwah Nabi di Makkah pada saat itu
banyak mengalami rintangan berupa tantangan dan ancaman dari kaum
musyrikin dan kafir Quraisy.
Selama kurun waktu 12 tahun
sejak Nabi diutus, dakwah Rasulullah tidak mendapat sambutan
menggembirakan, bahkan sebaliknya banyak menghadapi terror, pelecehan,
hinaan, dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy yang
dikomandani oleh paman Nabi sendiri, yaitu Abu Lahab.
Karena itu, Rasulullah
diperintahkan Allah SWT untuk pindah (hijrah). Akhirnya, beliau
meninggalkan kota kelahiranya Mekah, berhijrah ke kota Madinah. Di
Madinah, Nabi dan para sahabat Muhajirin mendapat sambutan hangat oleh
kaum Anshar (penduduk asli Madinah).
Agama Islam pun mengalami
perkembangan amat pesat. Dalam kurun waktu relatif singkat, hanya
sekitar 8 tahun, suara Islam mulai bergema ke seluruh penjuru dunia dan
Islam pun berkembang meluas ke seluruh pelosok permukaan bumi. Karena
itu tidak mengherankan jika peristiwa hijrah merupakan titik awal bagi
perkembangan Islam dan bagi pembentukan masyarakat Muslim yang telah
dibangun oleh Rasulullah SAW.
Menurut para pakar sejarah, masyarakat Muslim, kaum Muhajirin dan Anshar, yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah merupakan contoh masyarakat ideal yang patut ditiru, penuh kasih sayang, saling bahu-membahu dan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan peribadi. Karena itu, tidak mengherankan jika Khalifah Umar bin Chatab menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun baru Islam, yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriah,
Umat manusia kadang-kadang
terjebak kepada sesuatu yang bersifat jangka pendek, dan melupakan yang
bersifat jangka panjang bahkan yang abadi selama-lamanya. Manusia sering
tergesa-gesa dan ingin cepat berhasil apa yang diinginkannya, sehingga
tidak sedikit yang menempuh jalan pintas, termasuk korupsi misalnya.
Islam menekankan bahwa hidup ini adalah perjuangan dan dalam berjuang
pasti banyak tantangan dan rintangan. Hidup di dunia adalah sebagai
jalan untuk menuju kehidupan Akhirat.
Allah berfirman,“Hai
manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang lelaki dan
seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu” (Al-Hujurat ayat 13)
- Hikmah dari Peristiwa Hijrah Nabi
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekah ke Madinah saat itu adalah:
- Pertama: perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki mkjna yang sangat berarti bagi setiap Muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Mekah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
- Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa
putus asa dan rasa opimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari
hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah daru hal-hal yang baik
ke yang lebih baik lagi. Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah
melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan
tanah kelahiran, sanak saudara
dan harta benda mereka. - Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah,saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah telah berakhir”, Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit darisebelah barat”.
- Merupakan Bukti Maha Adilnya Allah
Berbeda dengan tahun
Masehi, permulaan hari atau pergantian hari bukan di pagi hari atau jam
00.01, tetapi di saat terbenamnya matahari atau munculnya bulan. Itulah
sebabanya Tahun Masehi (dari Isa Al Masih) dalam Islam disebut Tahun
Syamsyiah (matahari), sedangkan Tahun Hijriah atau Tahun Islam disebut
juga Tahun Qomariah (bulan). Kalau Tahun Masehi, setiap bulan terdiri
dari 30 hari atau 31 hari, kecuali Februari yang 28 atau 29 hari, tetapi
bulan Hijriah terdiri dari 29 dan 30 hari.
Itulah sebabnya, terdapat
selisih sekitar 10-12 hari setiap tahun, ada pergeseran kegiatan
keagamaan Islam pada tahun Masehi. Sebagai contoh, hari raya Idul Fitri
atau 1 Syawal pada tahun 2010 jatuh pada tanggal 10 September, tapi pada
tahun 2009, Idul Fitri bersamaan dengan 22 September. Sehingga tidak
heran kalau ada saatnya dimana tahun baru Islam (1 Muharam) hampir
bersamaan dengan Tahun Baru Masehi (1 Januari).
Dengan perbedaan antara
bulan Hijriah dengan bulan Masehi itu, maka bulan Ramadhan atau bulan
Puasa setiap tahun bergeser sekitar 10-12 hari setiap tahun Masehi,
sehingga suatu saat bulan Ramadhan bersamaan dengan bulan Juni, dan ada
saatnya tahun kemudian puasa dilaksanakan bulan Desember.
Berbeda dengan Indonesia
dan Negara-negara tropis, hampir tidak ada perbedaan lamanya berpuasa
untuk sepanjang tahun, yaitu bulan Januari s/d Desember berpuasa sekitar
14 jam (jam 4 pagi sampai 18.00), tapi di Negara-negara yang mengalami
empat musim seperti di Eropa dan Amerike Serikat dan Kanada, juga
Australia dan Selandia Baru, lamanya berpuasa sangat bervariasi.
Sebagai contoh bila bulan
puasa bertepatan dengan bulan Juni atau Musim Panas di Eropa, maka
penduduk yang tinggal di belahan bumi Bagian Utara akan berpuasa sampai
18-20 jam, mulai jan 02 dinihari (Imsyak) sampai jam 22.00 malam baru berbuka, karena matahari baru terbenam.
Keadaan sebaliknya yang
dialami oleh penduduk di belahan Bumi Bagian Selatan seperti Australia
dan Selandia Baru. Karena bulan Juni adalah Musim Dingin (Winter), maka
waktu Imsyak sekitar jam 6.00 pagi dan waktu Magrib sekitar jam 16.00
sore, sehingga mereka hanya berpuasa sekitar 10 jam saja.
Keadaan sebaliknya terjadi
bila bulan Desember, maka umat islam yang tinggal di belahan bumi Bagian
Utara berpuasa lebih singkat, dan sebaliknya yang di belahan Selatan
lebih lama (berbanding terbalik). Sedangkan pada bulan Maret dan
September dimana matahari persis ada di Khatulistiwa, kaum Muslimin di
belahan Utara dan Selatan berpuasa dengan jumlah jam yang sama, sekitar
12 jam.
Disitulah salah satu bukti
betapa adilnya Allah, di daerah dekat Equator (Khatulsitiwa) seperti
Indonesia, Malysia dan Negara-negara Arab dimana umat Islam terbesar ada
di sana atau daerah Sub Tropis, fluktuasi lamanya berpuasa setiap tahun
hampir tidak berbeda banyak.
Seandainya, bulan Ramadhan
ditetapkan berdasarkan bulan Masehi, misalnya bulan Juni, kasihan umat
Muslim di bagaian Utara yang harus puasa sampai 18-20 jam dengan
temparatur sangat panas di atas 50 derajat C, setiap tahun seperti itu,
dan orang di belahan Selatan puasanya sangat singkat. Kan sangat tidak
adil?. Untungnya Tuhan Maha Adil, sehingga penentuna bulan puasa
berdasarkan Tahun Hijriah. bukan Tahun Masehi, Allahu Akbar.
Selamat Tahun Baru Hijriah !!!!
Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini
Amin
Sumber : http://agama.kompasiana.com
0 comments:
Post a Comment